Laba Bersih Naik 400 Persen, Pop Mart Disebut-sebut Bakal Sebar Penjualan Labubu Versi Mini Tuk Ponsel

WIBNews.com – Sedang hangat diperbincangkan terkait Pop Mart yang tengah bersiap merilis Labubu versi mini yang bisa ditempelkan ke ponsel pada akhir Agustus 2025 ini.

Sebelumnya diketahui, Labubu dikenal sebagai mainan koleksi bergigi lebar rancangan seniman Kasing Lung. Popularitasnya semakin menanjak berkat dukungan selebritas seperti Lisa Blackpink hingga David Beckham.

Pop Mart menilai langkah ini akan memperluas pasar sekaligus mendongkrak keuntungan, sebab selama ini, Labubu paling populer sebagai gantungan tas tangan.

Dengan hadirnya versi mini, Pop Mart memperkirakan antusiasme konsumen akan semakin meningkat, terutama di kalangan pengguna ponsel pintar atau smartphone.

Perusahaan melaporkan seri “The Monsters” yang menaungi Labubu telah meraup 4,81 miliar yuan atau sekitar Rp11 triliun pada semester pertama 2025. Angka itu menyumbang hampir 35 persen dari total pendapatan.

Empat seri lainnya, termasuk Molly dan Crybaby, juga masing-masing mencatat lebih dari 1 miliar yuan atau sekitar Rp2,3 triliun.

Namun kontribusi terbesar tetap datang dari Labubu yang kini diproyeksikan lebih kuat lewat produk mini.

CEO Pop Mart, Wang Ning menyatakan perusahaannya berada di jalur untuk meraih pendapatan 20 miliar yuan atau setara Rp46 triliun pada 2025.

“Bahkan angka itu bisa terus bertambah sebesar 30 miliar yuan (sekitar Rp68 triliun) pada tahun ini,” kata Wang Ning sebagaimana dikutip dari Reuters, pada Minggu, 24 Agustus 2025.

Optimisme itu didukung lonjakan laba bersih yang hampir menyentuh 400 persen. Permintaan yang tinggi, terutama dari pasar luar negeri, disebut menjadi motor utama pertumbuhan.

Peluncuran Labubu mini dinilai tepat waktu karena tren aksesori ponsel tengah digandrungi konsumen. Produk baru ini berpotensi menambah margin keuntungan dengan biaya produksi yang relatif efisien.

Sentimen positif terhadap Pop Mart langsung tercermin di bursa. Saham perusahaan melonjak 12,5 persen pada Rabu, 20 Agustus 2025, menjadi penutupan tertinggi sejak IPO di Hong Kong pada 2020.

Wang Ning menilai pasar global masih sangat menjanjikan. Ia menyebut Amerika Utara dan Asia Pasifik bisa menyamai kinerja pasar China dalam waktu dekat.

“Kami yakin masih ada ruang yang sangat luas untuk pertumbuhan,” tegasnya.

Ekspansi ke Timur Tengah, Eropa Tengah, hingga Amerika Latin juga sedang dipersiapkan. Kehadiran Labubu mini diproyeksikan menjadi senjata utama dalam penetrasi pasar tersebut.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *